Kamis, 13 Maret 2014

Saiduna wa Syaikhuna Ustman Dhomiri Rodliyallohu 'anhu


                                                  Foto Syekh Usman Ketika masih Muda 

Sayyidi Syeikh Ustman Dhomiri lahir di Hadramaut Yaman selatan, orangtua beliau (Bapak), Sayyidi Syeikh Utsman Dhomiri benama Syeikh Yahya yang berasal dari Hadramaut Yaman Selatan, menikahi putri dalem kasultanan Yogyakarta, sehingga gelar tertanam didepan nama beliau dan anak,cucu beliau, dalam mengembangkan Thoriqohnya Sayyidi Syeikh Utsman sangat unik bukan dengan mendirikan pesantren, melainkan dengan cara mengajar kesenian beladiri dengan disisipkan ajaran-ajaran tasawwuf dan ajaran thoriqohnya.

Sebelum memegang Thoriqoh Tijaniyah beliau Sayyidi Syeikh Utsman Dhomiri sudah memegang kurang - lebih 41 Thoriqoh yang hampir kesemuanya beliau adalah Mursid Thoriqoh tersebut. Pertemuan dengan Sayyidi Syeikh Ali At'thoyib lah yang menghantarkan beliau memegang thoriqoh Tijaniyah.
Bukan hal perkara mudah untuk membawa Sayyidi Syeikh Utsman Dhomiri kedalam Thoiqoh At'Tijaniyah disamping ilmu agama yang cukup mempuni baik Quran, Hadist, Kitab, beliau adalah tokoh yang khasirmatik, disegani oleh kawan maupun lawan.

Datang seorang murid beliau, sehabis melaksanakan haji di tanah suci Mekkah, yang sebelumnya murid beliau itu bertemu dengan seseorang di tanah suci Mekkah, menanyakan asal dan gurunya adalah siapa ?.. dan dijawablah oleh murid beliau bahwa guru saya adalah Sayyidi Syeikh Utsman Dhomiri, maka orang tersebut memberikan salam kepada sang murid Sayyidi Syeikh dengan cara menjabat tangan sang murid beliau dengan maksud untuk mencium harumnya tangan orang tersebut. sesampai ditanah air hal tersebut disampaikan oleh gurunya yaitu Sayyidi Syeikh Utsman Dhimiri, terkejutlah Sayyidi syeikh bahwa harum tangan si murid yang dijabat oleh seseorang ditanah suci Mekkah tidak hilang bahkan lebih semerbak harumnya meliputi seluru ruangan, dan Sayyidi Syeikh mengenali harum tersebut tak lain adalah harumnya Rasulullah.
Maka beliau Sayyidi Syeikh Utsman Dhomiri segera mencari Sayyidi Syeikh Ali At'thoyib untuk meminta talqin Thoriqoh At'tijaniyah, lebih terkejut lagi beliau atas pernyataan Sayyidi Syeikh Ali At'thoyib bahwa beliau belum cukup pantas untuk mentalqin thoriqoh kepada Sayyidi Syeikh Ustman Dhomiri.



                                       Kemursyidan Syekh Usman Dhomiri dalam Thoriqot Tijani

Dalam kesempatan Syeikh Utsman Dhomiri pergi ketanah suci Mekkah, sewaktu beliau Syeikh Utsman Dhomiri berziarah ke makam Rasulullah, dan bertemulah beliau Syeikh Utsman Dhomiri dengan Rasulullah menanyakan hal ikhwal tentang perjumpaan dengan sang murud ditanah air, maka memintalah Syeikh Utsman Dhomiri ditalqin wirid thoriqoh AT'Tijaniyah namun permintaan Syeikh Utsman ditolak dengan berkata " Bukan saya yang akan mentalqin mu ya Utsman Dhomiri melainkan wasilah mu orang yang ada dibelakang mu' selagi menoleh kebelakang ternyata orang tersebut adalah Sayyidi Syeikh Ali At'toyib.
dimintalah Sayyidi Syeikh Ali At'thoyib untuk memberikan aurod thoriqoh Attijaniyah kepada Sayyidi Syeikh Utsman Dhomiri di saksikan Rasulullah, didepan makam Rasulullah. maka mulai saat itu hingga tulisan ini dibuat Sayyidi Syeikh Utsman Dhomiri menjadi pengamal aurod At'tijaniyah, meyebarkan thoriqoh At'tijaniyah dan meninggalkan aurod thoriqoh - thoriqoh yang lainnya secara total, dikarenakan aturan wajib sebagai pemegang aurod Attijaniyah tidak boleh menduakan wirid-wirid wajibnya. Pesan Sayyidi Syeikh Utsman Dhomiri kepada murid-muridnya adalah menjaga / meramaikan Zawiyah di cimahi Bandung, tetap selalu Istiqomah menjaga mengamalkan wirid thoriqoh Tijani, waro, tawadhu, dan saling asah-asih-asuh sesama ashab (panggilan sesama pemegang thoriqoh Tijani yang bersanad kecimahi).

Silsilah Robithoh Sidi Syekh Usman Dhomiri ra :

Saidi Syekh Al Hajj Ustman Dhomiri dari Saidi Syekh Ali Ath Thoyyib Al Hasani dari Saidi Syekh Muhammad Al Hasyimi (Syekh Alfa Hasyim) dari Saidi Syekh Sa'id dari Saidi Syekh Umar bin Sa'id Al Futi (Muallaf Kitab Ar Rimah) dari Saidi Syekh Muhammad Al Ghola dari Saidi Syekh Ahmad At Tijani Al Quthbul Al Maktum dari Saiduna Muhammadur Rosululloh saw., 




Susunan silsilah masyayikh/khalifah (para syaikh) yang kami pegang dari Sidi Syekh Muhammad Syuaib ra hingga ke Sidi Syekh Usman Dhomiri Cimahi dan itu selalu dibaca bila memulai wirid tertentu, yaitu :

1. Syaikh Ahmad At-Tijani
2. Syaikh Muhammad Al-Ghola
3. Syaikh Muhammad Al-Fahasyim
4. Syaikh Ali Thoyyib
5. Syaikh Usman Dhomiri
6. Syaikh Muhammad Sudjatma Ismail
7. Syaikh Muhammad Syuaib

Pengganti dari Syaikh Ahmad Tijani disebut sebagai Khalifah, yaitu penerus perjuangan Syaikh Ahmad Tijani. Para khalifah tersebut dibantu oleh banyak muqaddam yang tersebar di beberapa tempat (daerah). Beberapa murid yang dikenal kedudukannya sebagai muqaddam di antaranya : KH. Badruzzaman ( wilayah Garut & sekitarnya dan KH. Abbas (wilayah Cirebon & sekitarnya), juga para muqaddam di wilayah lain seperti Sukabumi, Banten, dll. Untuk mengajarkan ilmu kepada orang lain para muqaddam harus seizin khalifah, pun untuk setiap ilmu dari tarekat Tijani untuk setiap orang harus seizin khalifah. Bila khalifah meninggal dunia maka para muqaddam harus bermakmum/berkhidmat kepada khalifah baru yang ditunjuk secara spiritual oleh khalifah sebelumnya. Hal ini wajib dilakukan untuk menunjukkan adab dan ketaatan seorang murid kepada khalifah. Mungkin anda mengetahui bahwa tarekat Tijani sangat menjunjung tinggi adab kepada khalifah Rasulullah/guru, dalam hal ini khalifah dalam tarekat Tijani. Sampai-sampai seorang Tijaniyah dilarang keras berziarah kepada wali-wali selain wali-wali Tijaniyah.
Dari keenam khalifah di atas, 3 orang terakhir adalah berasal dari Indonesia, yaitu Syaikh Usman Dhomiri Al-Attas (keturunan Arab), Syaikh Sudjatma dan Syaikh Muhammad Syuaib. Syaikh Usman bertemu dan diangkat sebagai murid Syaikh Ali Thoyyib di Mekkah ketika beliau sedang menimba ilmu di sana. Selepas belajar di Madinah, Syaikh Usman pulang ke Cimahi untuk menyebarkan tarekat. Beberapa waktu kemudian Syaikh Ali Thoyyib datang ke Indonesia dan melimpahkan pundak kekhalifahan Tijaniyah kepada murid pilihan, yaitu Syaikh Usman. Begitu pula seterusnya ketika sudah jatuh waktunya, Syaikh Usman memberikan tugas kekhalifahan kepada murid terpilih, yaitu Syaikh Sudjatma (Bogor). Dan dari Syaikh Sudjatma diteruskan kepada murid pilihan, yaitu Syaikh Muhammad Syuaib sampai sekarang. Jadi penunjukan syaikh-syaikh dalam tarekat Tijaniyah khususnya, tidaklah berdasarkan keturunan, tetapi penunjukan langsung oleh Rasulullah SAW secara KASYAF disaksikan oleh masyayikh sebelumnya.

Amalan dasar seorang pengikut tarekat Tijani adalah wirid Ladzimah, yang lazim dibaca bada sholat Subuh dan bada sholat Ashar. Di atas itu adalah wirid wadzifah wa hailalah, yang dibaca setiap hari Jumat. Yang paling tinggi adalah Al-Jauharotul Kamal (Mutiara Kesempurnaan). Untuk sampai kepada Al-Jauharotul Kamal harus melewati beberapa tingkatan, di antaranya beberapa puasa. Di dalam ajaran Tijaniyah puasa dimulai dari yang 3 hari, 10hari, 45 hari hingga puasa 100 hari, dan yang terakhir puasa 3 tahun. Jadi tidak seperti makan cabe langsung terasa pedasnya. Ada juga wirid-wirid tertentu untuk tujuan tertentu, seperti hizb Al-Bahr (untuk keduniawian/rezeki), wirid untuk bertemu Rasulullah saw, wirid untuk ketabiban, wirid untuk perang, dan lain-lain yang semuanya itu harus melewati beberapa tingkatan.

Bila seorang murid hingga meninggal dunia hanya mempunyai wirid dasar yaitu Ladzimah, itu pun sudah mencukupi, karena Rasululllah saw. pernah bersabda bahwa bila seorang murid melazimkan wirid hingga meninggal dunia maka dia, istri-istri dan anak-anaknya, berikut kedua orang tuanya akan dimasukkan surga tanpa hisab; tidak akan mengalami pertanyaan di kubur, tidak akan mengalami huru-hara di padang mahsyar dan melewati shirat secepat kilat. Dan tidak akan meninggal seorang murid kecuali dalam kedudukannya sebagai seorang wali. Oleh karena itu pula seorang murid Tijani dilarang keras berziarah kepada wali-wali yang lain.

Segudang ilmu terdapat di dalam tarekat Tijani, baik ilmu keakhiratan, ilmu dunia (rezeki, kewibawaan, dll), ilmu tentang perang , pengobatan dll. Ilmu-ilmu tentang keduniawian dihimpun dalam 40 kitab, yang setiap kitabnya memuat/mengajarkan 50 ilmu. Jadi ilmu-ilmu keduniawian ada sekitar 2000 ilmu. Seluruh kitab-kitab Tijaniyah yang diwariskan oleh Asy-Syaikh Al-Mukarrom Ahmad At-Tijani terdapat di majelis Bogor, dalam genggaman khalifah yang sekarang Asy-Syaikh Hadji Muhammad Syuaib. Bila saudara hendak mengetahui seluruh kitab-kitab ukhrowi & dunya Tijaniyah, silakan datang ke majelis Bogor. DAN, bila saudara hendak mencari seorang Syaikh Tijani yang menggenggam seluruh ilmu hikmah, silakan datang ke majelis Bogor dan belajarlah tarekat secara BENAR dan ADAB

Daftar Pustaka :
(Sumber Duriah Sayyidi Syeikh Utsman Dhomiri., attijaniyah bekasi@wordfress.com)
(sumber HARUN PRIBADI tijani121@gmail.com )